212 Menjadi Populer Di Dunia Maya




Akhir-akhir ini angka 212 kembali populer di tanah air. Begitu mendengar angka 212 saya kembali teringat dengan masa lalu saya dimana saya dilahirkan pada tahun 1980 (38 tahun) silam. Pada usia antara 10-14 tahun, saat itu masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Persisnya Madrasah Tsanawiyah Swasta (MTs) PUI Cikuya, dikampung halaman dimana saya dilahirkan.

Pada tahun itu salah satu statsiun televisi swasta cukup terkenal yaitu RCTI. Menayangkan sinetron Pendekar Nagag Geni 212 yang disutradarai oleh Almarhum Bastian Tito dalam buku novel serial yang ditulisnya. Nama tokoh fiksi dengan pemeran utama Wiro Sableng itu sangat terkenal lucu, gagah dan berani membela kebenaran dan menegakkan keadilan. Taklupa kelucuan bercampur dengan kesaktian juga disuguhkan oleh salah satu Guru Wiro Sableng bernama Sinto Gendeng. Saya dengan teman-teman satu angkatan bahkan dengan kakak kelas seperti Dede Miptah (Almuntasar) dan Ilyas Sobari (Encun) hampir tak mau melewatkan setiap episode serial sinetron pendekar Naga Geni 212 itu.


Semua episode pasti mengandung nilai semangat perjuangan, pantang menyerah membela kebenaran dan keadilan yang selalu dinyanyikan melalui soundtract nya. Lalu pertanyaan sederhana dalam benak kita kenapa 212 ? lalau hikmah atau filosofi apa yang terkandung dalam simbol 212 itu? Andai kata saya menjadi penulis novel itu, tentu akan saya jelaskan disini segamblang-gamblangnya. Tapi karena saya hanya sebagai penggemar, penonton, penikmat tayangan serial sinetron itu, tentu hanya berusaha memaknai semampu saya pahami sesuai dengan kempuan saya dalam memetik hikmah untuk bekal hidup dan kehidupan.

Fiksi Pendekar Naga Geni 212 ini saya rasa sangat baik dan istimewa. Disuguhkan dalam jumlah serial yang cukup banyak, kalau tidak salah hampir 60 kurang satu episode. Kebaikan dan keistimewaan itu tidak hanya pada kepandaian sosok Wiro Sableng dalam penguasaan ilmu kanuragan tetapi lebih dari itu. Perilaku yang ditonjolkan Wiro Sableng syarat dengan nilai dan makna dalam kehidupan kita. Kapak Naga Geni 212 yang selalu melekat dalam diri Wiro Sableng sekaligus menjadi senjata andalannya dalam menumpas berbagai kejahatan yang terjadi dilingkungan masyarakat yang diperankan dalam film tersebut.

Mengingat cerita tersebut, saya jadi teringat pula dengan cerita guru ngaji pada saat itu. Guru ngaji selalu menceritakan tentang  kemahabesaran Alloh SAW., Tuhan Yang Maha Esa, yang telah menciptakan segala sesuatu dimuka bumi secara berpasang-pasangan. Terdapat banyak ayat suci dalam Al-qur’an yang menjelaskan tentang hal itu, tapi sayang saya tidak hapal persis semua ayat yang berkaitan dengan hal itu. Tapi yang saya ingat bahwa dari ceritra guru ngaji itu, salah satunya beliau menjelaskan tentang  penciptaan langit dan bumi, serta silih bergantinya waktu seperti siang dan malam.

Baca Juga: Karakter Ini Sering Disadari Tapi Tak Perduli

Tuhan telah memberikan dua (2) anugerah kehidupan kepada kita, dalam 2 (dua) bentuk sisi yang tampak seperti bertentangan dan atau berlawanan, tetapi sesungguhnya selalu berpasang-pasangan. Sisi Baik dan Buruk, Benar dan Salah. Lembut dan Kasar, Positif dan Negatif, Gelap dan Terang, Siang dan Malam, Langit dan Bumi, bahkan dalam menentukan pasangan hidup pun Alloh SWT,. Telah menciptakan Laki-laki dan Perempuan agar bisa ber-reproduksi. Serta masih banyak hal lain yang kita sadari, kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Kesemuanya itu bersumber dari kebenaran yang ahad Dilah Alloh SWT., Zat yang Maha Kuasa dan Maha Besar atas segala sesuatu yang dikehendakiNya. Semua makna dan nilai terkandung dalam Qudrat dan Iradat Alloh SWT., hanya bisa dimaknai oleh orang-orang yang berakal serta bertaqwa kepada-Nya.

Kesempurnaan semua organ tubuh kita juga terlihat jelas seperti; 2 (dua) Kaki dengan satu (1) Tubuh. Dua (2) Tangan dengan satu (1) Leher. Dua (2) Telinga dengan satu (1) Kepala dan dengan dua (2) Mata. Subhanallah. Semua anugerah itu kita sandarkan atas satu (1) Ke Esa-an Tuhan dan bersumber dari Alloh, Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan Yang Maha Benar atas segala firmanNya. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, kita selalu diajarkan untuk belajar tentang keseimbangan diantara keduanya. Kita dilahirkan dari Dua (2) orang tua yang harus senantiasa kita jaga, kita junjung tinggi harkat dan martabatnya, membaktikan diri kepadanya demi memperoleh ridha yang satu (1) ialah Ridha Tuhan Yang Maha Esa. Kehidupan Duniawi harus senantiasa dilandasi dan diimbangi dengan dua (2) kebutuhan Jasmani dan Rohani demi kepentingan hidup Ukhrawi. Hal ini tidak boleh terabaikan, agar kita hidup tidak hanya mampu sukses dan bahagia di Dunia, melainkan kita perlu hidup bahagia kelak di Akhirat. Itulah barangkali sekelumit pemikiran saya tentang hikmah dibalik angka 212 yang mudah-mudahan ilmiah dapat menjadi stimulus berpikir positif hingga memberikan pencerahan pada diri kita. Wallahu'alam Bisshawab.


Comments

Popular posts from this blog

Biografi Lengkap Prof. Dr. H. Cecep Sumarna

Soal UAS Mata Kuliah Filsafat Pendidikan STKIPM Kuningan

Paradigma Terbalik