Tragisnya Nasib Manusia
Tragisnya Nasib
Manusia; refleksi atas sikap peduli terhadap realitas sosial saat ini
Peduli. sering kita
dengar dan sering kita ucapkan dalam aktivitas keseharian kita, bahkan sering
dijadikan alasan untuk berbuat sesuatu atau melakukan sesuatu untuk orang lain secara
sadar. Sebelum mengupas lebih jauh, tidak ada salahnya kita menyamakan persepsi
dulu apa yang dimaksud kata peduli. Kamus Besar Bahasa Indonesia menerangkan
kata ini terdiri dari pe-du-li, (kata
kerja); Mengindahkan, Memperhatikan, Menghiraukan; dengan contok kalimat kerja;
Mereka asyik memperkaya diri, mereka
tidak - - orang lain yang menderita.
Me-me-du-li-kan, (kata
kerja); Mengindahkan,
Menghiraukan, memperhatikan, mencampuri perkara orang dan sebagainya, Orang tua itu suka - - orang lain. Ke-pe-du-li-an, (kata benda) atau suatu
kata yang dipergunakan untuk menamai orang, benda, hewan, tempat dan konsep
abstrak lain. Kepedulian mengandung makna perihal sangat peduli, sikap
mengindahkan (memprihatinkan) atas suatu realitas sosial yang terjadi dimasyarakat.
Atau dapat pula dimaknai sebagai suatu proses perbuatan yang secara sadar
dilakukan oleh kita atas dasar ke-prihatinan kita terhadap masalah-masalah yang
sedang dihadapi orang tua, saudara, sahabat, teman, pasangan hidup, maupun
kekasih kita bahkan orang lain yang tidak dikenal sekalipun.
Nilai
dasar atas sikap proaktif, sikap keberpihakan terhadap situasi dan kondisi
disekeliling kita, tampil secara total melakukan perubahan-perubahan, dan mampu
mendayagunakan seluruh potensi yang dimiliki untuk mempelopori, memberikan
inspirasi, sekaligus melakukan evaluasi demi terwujudnya sebuah kondisi ideal sehingga
orang lain merasa terdongkrak/ terdorong untuk sama-sama bergerak melakukan
sesuatu kearah ideal yang diharapkan bersama. Skema ini merupakan bukti nyata
atas sikap kepedulian kita.
Realitas Sosial
Kita Saat Ini
Banyaknya
virus yang belum ditemukan obatnya seperti HIV, Zika, Hepatitis C dan lain
sebagainya telah berkontribusi terhadap tingginya angka kesakitan di Republik
ini, meningkatnya angka kemiskinan yang disebabkan oleh naiknya harga
bahan-bahan pokok, dan diduga tidak seimbang dengan pendapatan perkapita
penduduk, rendahnya Upah Minimum Regional (UMR), tingginya angka pengangguran karena
rendahnya serapan tenaga kerja serta adanya PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) yang
kadang terjadi masal. Konsekuensi logis dari realitas masalah di atas berdampak
langsung terhadap tingginya angka kematian di usia produktif, meningkatnya
angka kriminalitas (Teror bom, Pencopetan, perampokan, kerusuhan melibatkan isu
SARA, pencurian, pembunuhan, peredaran gelap Narkotika, pemerkosaan dan tindakan
kriminal lain yang diatur dalam KUHP), serta meningkatnya angka stress pada masyarakat
kita.
Apa yang harus kita
Lakukan ?
Muncul
banyak pertanyaan ketika membahas sikap peduli kita. Untuk apa peduli ? bagaimana
akan peduli ? toh orang lain juga tidak peduli ! hal itu merupakan bentuk
pernyataan atas sikap keputusasaan dan kekecewaan terhadap realitas sosial yang terkadang sering dikecewakan atau berada dalam posisi tidak berkeadilan.
Mari
kita refleksikan dari mulai detak hati yang selalu hadir memberi isyarat reflex
positif akan rasa prihatin terhadap penderitaan, keresahan atau kegalauan yang dapat kita lihat, kita dengar, dan kita saksikan atas orang tua, anak-anak,
isteri atau suami, saudara sedarah (Adik-Kakak), sahabat, teman-teman
yang dicintai, tetangga, bahkan masyarakat secara umum telah memacu
kita untuk berbuat sekuat dan sebisa mungkin.
Mari belajar pula dari perjuangan seorang Ibu yang mempertaruhkan jiwa dan raga demi
anak yang dikandungnya, agar lahir dengan selamat dan sempurna, dididik dan
dibesarkankan dengan penuh ketabahan, dibuai dalam ayunan cinta dan kasih
sayangnya. Atau mungkin kita bisa belajar dari puisi-puisi, lirik-lirik syair
sahdu teruntuk sang kekasih yang dicintai, merupakan sebuah totalitas
perasaan dan pikiran yang kita curahkan untuknya. Walaupun acap kali ketulusan cinta
dan kasih sayang, berakhir menyedihkan (tragis) seperti kisah Kahlil Gibran dengan
Sayap-sayap Patahnya, atau mungkin
kisah Asmara Sarah dengan Oliver Queen dalam serial drama Arrow. Bahkan drama Politik Ahok gigit jari jelang Pilkada DKI tahun 2017.
Kesanggupan,
keberanian yang tulus secara materiil untuk terlibat secara langsung dalam memberdayaakan,
membantu kelompok tertindas, kelompok lemah, kelompok miskin, kelompok marginal tanpa TAPI. Tidak tinggal diam, tidak berpangku tangan, disaat menyaksikan
kelemahan, ketidak adilan, keterpurukan, dan menyaksikan penderitaan keluarga, saudara,
dan orang lain, merupakan sikap-sikap nyata manusia unggul yang memiliki trah ke-Tuhanan, dengan sifat Rahman dan RahimNya. Apabila kita merasakan kehilangan akan kepedulian dalam diri, itu sama artinya dengan hilangnya sifat-sifat ke-Tuhanan dalam diri kita,
karena cenderung ter-fokus pada “Trah Akunya Sendiri” yang bersifat pragmatis dan meterialis dan akan menghantarkan manusia pada gerbang kehancuran sistemik . Wallahualam
bissawab.
AripAmin, 12/08/16
Comments
Post a Comment