Puisi Terbaik Rindu "INI"
Puisi Terbaik Tentang Rindu; Intan Nurazizah Islami (INI)
Tentang
rindu menyatu setiap waktu, rindu yang menderu setiap sendu, rindu yang
menjelma dalam waktu, rindu setiap sudut tawa dan sedihku.
Tentang
rindu yang kutemukan hanya padamu, berkasih mesra meski sulit berjumpa, tentang
rindu yang menggunung setiap pagi dan senja, mengejar matahari menuntun mega,
bernyanyi bersama para burung dan udara, berbicara meski tanpa kata, memandang
meski tanpa mata, mendengar meski tanpa suara.
BACA JUGA: Skandal Asmara, Masih Pantaskah aku Merindukanmu
Rindu
semakin menjadi bahkan ketika Tuhan berkata, kita diam namun asa menyala. Melangkahi
takut dan juga prasangka, menyebrangi norma juga takdir yang nyata. Terbuai
dalam rasa yang penuh dengan doa.
Ya,
itulah rindu yang kita rasa. Aku
diam dan kau diam, namun kita berkata dalam jiwa. Aku
memandang dan kau menatap, tanpa tanya kita merasa. Bahkan
ketika malam mencengkram dalam gelap, bintang mengintip dari jendela. Awan,
rembula tersipu dalam tanya, kita yang terpejam kemudian tersenyum penuh makna. Atau
ketika siang memeluk dalam terik, kita bersimpuh dalam peluh pekerjaan, mencuri
makna disela, matahari tetap bertanya.
BACA JUGA: Rahasiah Dibalik Gairah Cinta Semu
Kau
tahu dan akupun tahu, keadaan tak bisa memaksa.
Kita
ada bersama rindu yang menganga.
Kau
pernah berkata, aku bagian darahmu yang harus tetap mengalir,
aku
bagian darimu yang tidak bisa terpisahkan esok dan selamanya.
Itu
adalah ungkapan terdalam rindumu yang menggebu, kusambut dengan cinta tulus tak
beribu, hanya bertuhan tanpa tanya.
Meski
takdir terus memaksa kau memilih jalan itu, dan aku akan tetap bertahan bersama
rindu dengan atau tanpa.
BACA JUGA: Tragisnya Nasib Manusia
Ketika tanganmu menggandeng dan mengecup sejatimu, aku tersenyum penuh syukur
dalam rindu yang berbalut cemburu.
Lalu
aku hidup penuh dengan kepura-puraan, pura-pura terbahak padahal aku menangis
sejadi-jadinya, pura-pura kuat padahal aku begitu rapuh, pura-pura menjauh padahal
ingin sekali dekat dan memeluk. Ya,
aku yang berpura-pura dalam sadar dan nyata. Menjadi orang lain agar kau tetap
tenang dan tidak terganggu. Berakting jadi periang agar kau tetap fokus
menjalani jalanmu, karena kau tahu aku tidak bisa berbuat banyak.
Cukup
do’a dan diam, Allah menuntunmu ke jalan-Nya itu yang kuyakini.
Beberapa
kali kulukiskan kau dalam tulisan, berulang kali kukiaskan kau dalam catatan,
beratus kali kusebutkan dalam doa, bertebaran seluruh surat cintaku agar
terwakilkan.
Kau
sadar dan faham betul gejolak jiwaku meski dalam kepuraan.
Lalu
kita hanyut dalam ombak harapan, ntah menguap atau ke lautan. Aku tetap
mengasuh kerinduan. Itulah
rindu, rasa yang kusebut sebagai rindu.
Hanya
kupersembahkan padamu.
Oleh: Intan Nurazizah Islami
Cirebon, 14/08/16
Comments
Post a Comment