Jawaban UTS Filsafat Ilmu Administrasi

JAWABAN UTS MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

NAMA LENGKAP      : ARIP AMIN

NIM                            : 2104954

DOSEN PENGAMPU : PROF. DR. H. DADANG SUHARDAN, M.Pd

SEKOLAH PASCASARJANA (S3) ADMINISTRASI PENDIDIKAN UPI

1. A.  Kebenaran. Kebenaran dibedakan menjadi 4 jenis yang disimbolkan dengan T1, T2, T3, T4

T1 : Kebenaran Metafisik, yang artinya kebenaran yang paling mendasar dan puncak dari seluruh kebenaran yang pernah ada (ultimate truth). Harus diterima apa adanya (taken for granted). Kebenaran ini adalah yang berasal dari Tuhan Sang Pencipta.

T2 : Kebenaran Etik, yang artinya kebenaran yang merujuk perangkat standar moral atau profesional sebagai pegangan prilaku yang harus dilakukan oleh pemegang jabatan.(code of conduct).

T3 : Kebenaran Logik, yang artinya kebenaran hasil konsensus, dianggap benar apabila secara matematis konsisten atau koheren dengan yg telah diakui dalam T1 & T2

T4 : Kebenaran Empirik. yang artinya kebenaran yang teruji dan tahan dari kritik atau falsifikasi. Kebenaran ilmiah yang konsisten dengan kenyataan alam keilmuan dijastifikasi dan diverifikasi. Koresponden antara teori, fakta, dan kenyataan.

Referensi : Lincoln & Guba; 1985 Naturalistic Inquiry. California: Sage. Mantja, W. 2008. Profesionalisme Tenaga Kependidikan

Kebahagiaan

Menurut aristoteles, tujuan akhir hidup yang dicapai oleh manusia adalah eudaimonia atau kebahagiaan dalam arti well-being. Well-being berarti segala kebutuhan ada pada subjek terkait. Orientasi ketercapaian dari segala kebutuhan setiap subjek tersebut tertuju kepada aspek internalitas dan subjektifitas. Konsep kebahagiaan yang dimaksud yaitu tentang pemenuhan kebutuhan yang seimbang antara kebutuhan ekonomi atau badani dan kondisi jiwa atau internal.

Referensi : Bertens, Kees. Sejarah Filsafat Yunani. Kanisius; Yogyakarta. 1999.

B. Sebagai makhluk yang berpikir, manusia selalu berusaha untuk mengetahui segala sesuatu. Atas dorongan rasa ingin tahu, tersebut maka sesorang berfilsafat. Berfilsafat dapat dijadikan sebagai sebuah proses evaluasi diri, dan suatu keberanian seseorang dalam mengakui ketercapaian proses perjalanan yang ditempuh dalam mencari suatu kebenaran. Baik segala sesuatu yang dilihat, dialami dan yang terjadi di sekitar lingkungan. Semua yang dilihat, dialami dan yang terjadi dipertanyakan, dianalisis dan dikaji. Sikap kagum atau heran terhadap sesuatu, keragu-raguan dan kesadaran akan keterbatasan merupakan faktor pendorong seseorang untuk berfilsafat, yaitu dengan cara bertanya, berpikir dan penyelidikan atau penelitian.

Referensi : Rehayati, Rina. Filsafat Sebagai Induk llmu Pengetahuan. Pekanbaru: Asa Riau, 2017.

C. Fungsi filsafat bagi ilmu pengetahuan yaitu memberi landasan filosofis untuk memahami berbagai konsep dan teori suatu disiplin ilmu maupun membekali kemampuan membangun teori ilmiah.

Referensi : Ismaun. Filsafat llmu. UPI: Bandung, 2004.

 

2. Filsafat administrasi menurut tinjauan Epistemologi:

Epistemologi merupakan studi tentang pengetahuan, bagaimana mengetahui benda-benda, mempersoalkan kebenaran pengetahuan. Pengetahuan ini berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: cara manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan dan jenis-jenis pengetahuan. Menurut epistemologi, setiap pengetahuan manusia merupakan hasil dari pemeriksaan dan penyelidikan benda hingga akhirnya diketahui manusia. Dengan demikian epistemologi ini membahas sumber, proses, syarat, batas fasilitas, dan hakekat pengetahuan yang memberikan kepercayaan dan jaminan bagi administrator pendidikan maupun guru bahwa ia memberikan kebenaran pengetahuan bagi peserta didik.

Filsafat administrasi menurut tinjauan Aksiologi:

Tinjauan aksiologi dalam filsafat adminitrasi, yaitu terletak pada subtansi pemanfaatan ilmu administrasi bagi manusia. Pemanfaatan tersebut antara lain seperti bagaimana perilaku dalam beraktivitas, dan penetapan keputusan tindakan manusia. Kemudian dalam konteks aksiologi ilmu administrasi terdapat dua jenis pengaturan dan keteraturan, yaitu : (1) pengaturan dan keteraturan berfikir secara rasional, dan (2) pengaturan dan keteraturan dalam bertindak. Dalam konteks administrasi pendidikan tentu berkaitan dengan pengelolaan pendidikan yang menguji dan mengintegrasikan semua nilai (nilai tindakan moral, nilai ekspresi keindahan dan nilai kehidupan sosio-politik) di dalam kehidupan manusia dan membinanya ke dalam kepribadian peserta didik. Hal ini berkaitan dengan pola kerjasama antar manusia dalam mengembangkan potensi peserta didik, membuat metode pembelajaran yang baik, kepemimpinan dan tatakelola kelembagaan yang mengutamakan nilai-nilai dalam pendidikan sebagai upaya dalam mencapai tujuan pendidikan.

Referensi : Hasan, Kamaruddin. Memahami Kebenaran Dalam Perspektif Filsafat Administrasi. Jurnal: UNM Makasar. 2019

3. Untuk kelancaran proses administrasi pendidikan, agar dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan, perlu adanya pengelolaan kegiatan yang melalui tahapan proses yang merupakan sebuah siklus atau fungsi, yang satu sama lain memiliki keterikatan. Fungsi -fungsi tersebut diantaranya :

a. Perencanaan (planning)

Aktivitas memikirkan dan memilih rangkaian kegiatan atau tindakan-tindakan yang tertuju pada tercapainya maksud-maksud dan tujuan pendidikan.

b. Pengorganisasian (organizing)

Merupakan aktivitas menyusun dan membentuk hubungan-hubungan kerja antar orang-orang sehingga terwujud suatu kesatuan usaha dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan

c. Pengoordinasian (coordinating)

Setelah adanya bermacam-macam tugas dan pekerjaan yang dilakukan oleh banyak orang, tentu memerlukan adanya koordinasi dari seorang pemimpin. Agar terhindar kemungkinan terjadinya persaingan yang tidak sehat dalam tindakan pekerjaan.

d. Komunikasi

Dalam melakukan suatu program pendidikan, aktivitas menyebarkan dan menyampaikan gagasan-gagasan serta maksud-maksud ke seluruh struktur organisasi sangat penting. Proses menyampaikan atau komunikasi ini meliputi lebih daripada sekedar menyalurkan pikiranpikiran, gagasan-gagasan, dan maksud-maksud secara lisan atau tertulis.

e. Supervisi

Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi. Pengawasan bertanggung jawab tentang keefektifan program tersebut

f. Kepegawaian (staffing)

Aktivitas yang dilakukan di dalam kepegawaian adalah menentukan, memilih, menempatkan dan membimbing personel.

g. Pembiayaan (budgeting)

Ibarat bensin bagi sebuah mobil atau minyak bagi sebuah motor, demikianlah pentingnya biaya atau pembiayaan bagi setiap organisasi. Tanpa biaya yang mencukupi, tidak mungkin terjamin kelancaran jalannya suatu organisasi

h. Penilaian (evaluating)

Evaluasi sebagai fungsi administrasi pendidikan adalah aktivitas untuk meneliti dan mengetahui sampai di mana pelaksanaan yang dilakukan di dalam proses keseluruhan organisasi mencapai hasil sesuai dengan rencana atau program yang telah ditetapkan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan.

Dari uraian penjelasan tentang fungsi-fungsi pokok di atas, tentu sangat jelas perihal keterkaitan yang erat satu sama lainnya dan tidak terpisahkan. Karena semua itu merupakan suatu proses keseluruhan yang dilakukan melalui rangkaian kegiatan yang bersifat kontinu atau berkelanjutan.

Referensi : Purwanto, M. Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya Offset: Bandung. 1987

4. A. Aspek kerjasama dalam administrasi pendidikan dapat diartikan suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama oleh orang-orang/ personil sekolah yang untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisisen. Bentuk kerjasama yang dilakukan seluruh anggota secara horizontal maupun secara vertikal. Tujuan pendidikan itu merentang dari tujuan yang sederhana sampai dengan tujuan yang kompleks, tergantung lingkup dan tingkat pengertian pendidikan yang dimaksud. Jika tujuan itu kompleks, maka cara mencapai tujuan itu juga kompleks, dan seringkali tujuan yang demikian itu tidak dapat dicapai oleh satu orang saja, tetapi harus melalui kerja sama dengan orang lain, dengan segala aspek tantangannya. Tujuan yang disebut maturation artinya, setiap aktivitas yang dilakukan hasil kerjasama seluruh anggota berorientasi kepada tujuan operasional yang sudah dirumuskan secara matang sebelumnya.

             Referensi : Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan: PT. Rineka Cipta. Jakarta 2007


B. Pendidikan sangat perlu di administrasikan karena, administrasi pendidikan berperan dalam upaya meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan kegiatan pendidikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, efektif dalam arti hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sedangkan efisiensi berhubungan dengan penggunaan sumber dana, daya, dan waktu yang ekonomis dan tepat guna.

 

5. A. Dalam menjalani kehidupannya, seorang ilmuwan selain memiliki kualitas intelektual, tentu harus memiliki kualitas moral. Kualitas moral sangat diperlukan karena sebagai bagian dari masyarakat pada umumnya maka ilmuwan juga dituntut memiliki kewajiban sosial. Kewajiban sosial seorang ilmuwan berkaitan dengan dua hal:

1) Hakekat keilmuannya, seorang ilmuwan dalam proses mengkaji masalah di masyarakat, harus menggunakan bahasa yang mudah dicerna dalam menyampaikan masalah kepada masyarakat. Memberikan perspektif yang benar; untung dan ruginya, baik dan buruknya terhadap suatu permasalahan itu sehingga penyelesaian yang obyektif dapat dimungkinkan.

2) Cara berpikir yang keliru, seorang ilmuwan harus dapat mempengaruhi opini masyarakat terhadap masalah-masalah yang seyogyanya mereka sadari. Ilmuwan mesti berbicara kepada masyarakat sekiranya dia mengetahui bahwa berpikir mereka itu keliru. Dia mesti menjelaskan di mana mereka keliru, apa yang membuat mereka keliru, dan lebih penting lagi, harga apa yang harus dibayar untuk kekeliruan itu.

B.  Ilmu pengetahuan memiliki fungsi kelebihan dalam memberikan sumbangsih bagi umat manusia, misalnya dalam perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kedokteran, komunikasi dan informasi. Melalui sumbangsih tersebut memungkinkan manusia dapat bergerak atau bertindak dengan cermat dan tepat, efektif dan efisien.

Sedangkan, kelemahan dari ilmu pengetahuan dilihat dari sifatnya yang obyektif dan menyampingkan penilaian bersifat subyektif, sehingga ilmu pengetahuan tidak bisa dijadikan sebagai panduan dalam menjalani hidup. Selain itu, dalam pengembangan ilmu pengetahuan, dalam upaya mereduksi kelemahan dari ilmu pengetahuan perlu adanya pendampingan dari aspek lain, misal agama, budaya maupun etika. Agar ilmu pengetahuan tidak lumpuh dalam proses perkembangannya. Seperti yang dikemukakan Alberts Einstein, “Sains tanpa agama lumpuh, dan agama tanpa sains adalah buta”. (Science without religion is lame, Region without sains is blind).

Wallohualambis’sawab

 

 

Comments

Popular posts from this blog

Biografi Lengkap Prof. Dr. H. Cecep Sumarna

Biografi Lengkap Arip Amin

Soal UAS Mata Kuliah Filsafat Pendidikan STKIPM Kuningan