Skripsi Hubungan antara Pemberian MP-ASI Secara Dini dengan Kejadian Obstipasi pada Bayi 0-6 Bulan


Contoh Skripsi Kebidanan

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

   A.    Variabel  X (Pemberian MP-ASI secara dini)
    Instrument yang digunakan yaitu kuisioner, dimana      variabel Pemberian MP ASI secara dini hasil ukurnya yaitu :
         1.      Pemberian MP ASI secara dini
MP-ASI adalah makanan yang diberikan kepada bayi telah 6 bulan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi yang baik yang diperlukan bagi bayi karena produksi ASI mulai menurun dimana bayi secara perlahan–lahan dibiasakan dengan makanan orang dewasa (Kurniawati, 2004:6).

Sedangkan pengertian MP-ASI secara dini adalah pemberian makanan pendamping ASI sebelum bayi  berumur 6 bulan  (Soraya, 2005:8).
Dalam hal ini responden memberikan MP ASI secara dini seperti : bubur susu, bubur tim yang dilumat, pisang bahkan susu formula.
Fakto-faktor yang mempengaruhi Pemberian MP ASI secara dini adalah:
1)      Perubahan sosial budaya
·         Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya.
Kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja dan adanya emansipasi dalam segala bidang kerja dan di kebutuhan masyarakat menyebabkan turunnya kesediaan menyusui dan lamanya menyusui.
·         Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu botol/MP ASI. Persepsi masyarakat dan  gaya hidup mewah membawa dampak menurunnya kesediaan menyusui. Bahkan adanya pandangan bagi kalangan tertentu bahwa susu botol sangat cocok buat bayi dan terbaik. Hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup yang selalu mau meniru orang lain, atau hanya untuk prestise.
·         Merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya.
Budaya modern dan perilaku masyarakat yang meniru negara barat mendesak para ibu untuk segera menyapih anaknya dan memilih air susu buatan sebagai jalan keluarnya.
2)      Faktor psikologis
·         Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita.
Adanya anggapan para ibu bahwa menyusui akan merusak penampilan. Setiap ibu yang mempunyai bayi akan mengalami perubahan pada payudara, walaupun menyusui atau tidak menyusui.
·         Tekanan batin.
Ada sebagian kecil ibu mengalami tekanan batin di saat menyusui bayi sehingga dapat mendesak si ibu untuk mengurangi frekuensi dan lama menyusui bayinya, bahkan mengurangi menyusui.
3)      Faktor fisik ibu
Alasan yang cukup sering yang membuat ibu tidak  menyusui adalah karena ibu sakit, baik sebentar maupun lama. Tetapi, jarang sekali ada penyakit yang mengharuskan berhenti menyusui.
4)      Faktor kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI, kurangnya penyuluhan kepada masyarakat mengenai manfaat dan cara pemanfaatannya
5)      Meningkatkan promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI.
Peningkatan sarana komunikasi dan transportasi yang memudahkan periklanan distribusi susu buatan menimbulkan tumbuhnya ketidaksediaan menyusui baik di desa dan perkotaan. Distibusi iklan dan promosi susu buatan berlangsung terus dan tidak hanya di promosikan di televisi, radio dan surat kabar melainkan juga ditempat-tempat praktek swasta dan klinik-klinik kesehatan masyarakat di Indonesia.
6)      Penerangan yang salah justru datangnya dari petugas kesehatan sendiri yang menganjurkan penggantian ASI dengan susu kaleng. Penyediaan susu bubuk di Puskesmas disertai pandangan untuk meningkatkan gizi bayi, seringkali menyebabkan salah arah dari masyarakat dan meningkatkan pemberian susu botol.
Prornosi ASI yang efektif harus dimulai pada profesi kedokteran, meliputi pendidikan di sekolah-sekolah kedokteran yang menekankan pentingnya ASI dan nilai ASI pada umur 2 tahun atau lebih.
7)      Faktor pengelolaan laktasi di ruang bersalin
Untuk menunjang keberhasilan laktasi, bayi hendaknya disusui segera atau sedini mungkin setelah lahir. Namun, tidak semua persalinan berjalan normal dan tidak semua dapat dilaksanakan menyusui dini (library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-arifin4.pdf –, tgl 24 februari 2010).
            Berdasarkan faktor-faktor diatas, banyak ibu-ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan memberikan MP ASI secara dini, walaupun sebenarnya mereka mengetahui bahwa waktu yang paling tepat memberikan MP ASI adalah ketika bayi berusia >6 bulan.
            Faktor yang paling mendukung untuk memberikan MP ASI secara dini yaitu kurangnya dukungan dari keluarga untuk tidak memberikan MP ASI secara dini. Sehingga para ibu kesulitan untuk memberikan ASI Esklusif dan terpaksa memberikan MP ASI kepada bayinya.
            Tugas seorang tenaga kesehatan terutama bidan untuk menurunkan cakupan pemberian MP ASI secara dini, yaitu melalui penyuluhan kesehatan, pendekatan kepada masyarakat terutama keluarga yang memiliki bayi usia 0-6 bulan.
2.      Tidak memberikan MP ASI  secara dini
Dalam hal ini responden tidak memberikan MP ASI secara dini, dengan kata lain responden memberikan Asi Eksklusif pada bayinya yang berusia 0-6 bulan. Keberhasilan Asi Eksklusif dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu dukungan keluarga dan niat dari ibu menyusui tersebut.
Di samping zat-zat yang terkandung di dalamnya, pemberian ASI juga mempunyai beberapa keuntungan, yaitu : Steril dan aman dari pencemaran kuman, selalu tersedia dengan suhu yang optimal, produksi disesuaikan dengan kebutuhan bayi, mengandung antibodi yang dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh kuman atau virus, bahaya alergi tidak ada (Soetjiningsih, 2005).
Selain itu, ASI juga meningkatkan daya tahan tubuh sehingga bayi akan jarang sakit, meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian bicara, membantu pembentukan rahang yang bagus, menunjang perkembangan motorik sehingga bayi ASI eksklusif akan lebih cepat bisa berjalan, menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional, kematangan spiritual, dan hubungan sosial yang baik (Roesli,2005).
Karena banyaknya manfaat dari Asi Eksklusif, maka responden memilih untuk tidak memberikan MP ASI secara dini pada bayinya yang berusia 0-6 bulan.

B.     Variabel  Y (Kejadian Obstipasi Pada Bayi 0-6 bulan)
Variabel kejadian Obstipasi pada bayi 0-6 bulan , hasil ukurnya yaitu :
1.      Obstipasi
Obstipasi adalah berupa pengeluaran feses yang keras dalam jangka waktu 3 – 5 hari, kadang disertai adanya perasaan perut penuh akibat adanya feses atau gas dalam perut (Necel, 2007).
Kejadian obstipasi yang terjadi pada bayi dapat berdampak pada saluran pencernaan  yaitu dapat terjadi obstruksi usus. Pada  kasus lain bayi dapat menderita kekurangan zat gizi (malnutrisi) disebabkan karena berkurangnya fungsi usus terhadap absorbsi gizi (Sri Marjiyati, 2010:13). Pada beberapa kasus yang ekstrim perlu dilakukan operasi pembedahan untuk mengatasi obstruksi usus (Soraya , 26 Maret 2005).  Resiko jangka pendek pemberian MP-ASI dini adalah penyakit diare yang  ternyata air yang diperiksa telah terkontaminasi oleh escherichia coli  yang dilakukan penelitian di Bangladesh (Akre , 1993).
 Sebab-sebab obstipasi  :
a.        Obstipasi  akibat  obstruksi  dari  intralumen  usus  meliputi akibat adanya kanker dalam dinding usus.  
b.        Obstipasi akibat obstruksi dari ekstralumen usus,  akibat  penekanan  usus  oleh   massa   intra abdomen misalnya  adanya tumor dalam abdomen yang menekan rectum. (Necel,  2007)
c.        Salah satu penyebab obstipasi bayi adalah pemberian MP-ASI dini usia   0 – 6 bulan ( Sri Marjiyati, 2010 )
Diagnosa obstipasi menurut Necel ( 2007) dapat  melalui cara-cara:
a.         Anamnese
1)      Riwayat penyakit difokuskan pada gagal untuk mengeluarkan baik feses maupun gas.
2)      Menentukan apakah termasuk obstruksi total atau parsial.
3)      Untuk menggali lebih dalam riwayat penyakit terdahulu.
4)      Apakah ada kelainan usus sebelumnya nyeri pada perut, dan masalah sistemik lain, contoh : riwayat adanya penurunan berat badan yang kronis dan feses yang bercampur darah kemungkinan akibat obstruksi neoplasma.
b.        Pemeriksaan fisik
1)      Pemeriksaan abdomen standar :Inspeksi, auskultasi, perkusi, dan  palpasi  untuk melihat apakah ada massa abdomen, nyeri abdomen, dan adanya distensi kolon.
2)      Obstruksi usus pada fase lanjut tidak terdengar bising usus.
3)      Pemeriksaan regional femoral dan iguinal untuk melihat apakah ada hernia atau tidak.
4)      Pemeriksaan rectal tussae (colok dubur) untuk mengidentifikasi kelainan rectum yang mungkin mnyebabkan  obstruksi dan memberi gambaran tentang isi rectum.
Dalam hal ini responden yang memiliki bayi 0-6 bulan mengalami obstipasi. Namun demikian tidak semua bayi yang diberikan MP ASI secara dini mengalami obstipasi, sehingga masalah ini terkadang menjadi sebuah dilema dalam bidang kesehatan. Kembali lagi ini adalah tugas seorang tenaga kesehatan terutama bidan untuk selalu memberikan penyuluhan kesehatan pada setiap kegiatan, sehingga masyarakat memahami apa yang menjadi penyebab dari kejadian Obstipasi pada bayi 0-6 bulan.

2.      Tidak Obstipasi
Dalam hal ini responden yang memiliki bayi 0-6 bulan tidak mengalami obstipasi, BAB lancar setiap hari dengan konsistensi lembek. Tapi tidak semua yang mengalami obstipasi dikarenakan diberikan MP ASI secara dini, ada beberapa bayi 0-6 bulan mengalami obstipasi walaupun Asi Eksklusif.
Inilah yang membuat masyarakat tetap memberikan MP ASI secara dini kepada bayinya, karena tidak semua berakibat terjadi Obstipasi. Untuk itu sebagai tenaga kesehatan terutama bidan harus selalu mencari cara supaya masyarakat tidak salah persepsi tentang MP ASI dan kejadian Obstipasi.
Bayi akan merasa nyaman bila BAB nya setiap hari dan tidak mengalami obstipasi. Obstipasi yang sering terjadi pada bayi yang diberi susu formula yang tidak memadai / MP ASI secara dini, umumnya bayi BAB > 36-48 jam. Bila belum BAB setelah waktu tersebut, maka harus dipikirkan terhadap keadaan patologik, seperti mega colon aganglinik / fisuraani (Ilmu Kesehatan Anak, 1991).
Obstipasi yang sering terjadi pada bayi biasanya mempunyai tanda- tanda pengeluran feses yang keras dalam jangka waktu tiap 3-5 hari dan perut teraba penuh. Hal ini biasanya terjadi pada bayi yang diberi makanan pendamping ASI sebelum bayi berusia enam bulan karena pencernaan belum mampu mencerna makanan selain ASI. (Necel, 2007 http: simposia,biang obstipasi.com).
Secara istilah, obstipasi adalah bentuk konstipasi parah dimana biasanya disebabkan oleh terhalangnya pergerakan feses dalam usus (adanya obstruksi usus). Gejala antara obstipasi dan konstipasi sangat mirip dimana terdapat kesukaran mengeluarkan feses (defekasi). Namun obstipasi dibedakan dari konstipasi berdasarkan penyebabnya ialah dimana konstipasi disebabkan selain dari obstruksi intestinal, sedangkan obstipasi karena adanya obstruksi intestinal.

C.    Hubungan antara pemberian MP ASI secara dini dengan Kejadian Obstipasi pada Bayi 0-6 bulan

Kejadian obstipasi yang terjadi pada bayi berdampak pada saluran pencernaan yaitu dapat terjadi obstruksi usus. Kasus lain  pada bayi yang dapat menderita kekurangan gizi (malnutrisi) disebabkan karena berkurangnya fungsi usus terhadap absorbsi gizi (Yarni, 2005). Pemberian MP-ASI  dapat diberikan pada bayi berusia > 6 bulan untuk mencegah terjadinya obstipasi pada bayi yang dapat  berdampak buruk pada bayi itu sendiri. Nutrisi yang paling baik adalah ASI. Efek laksatika kolostrum mendukung pengeluaran mekonium pada bayi, kegagalan dalam membersihkan mekonium dengan cepat mempertinggi reaobsorbsi usus terhadap bilirubin, mengakibatkan meningkatnya bilirubin indirek (http://www.psikosa.ac.id/index.php)
Usus bayi baru lahir relatif tidak matur. Sistem otot yang menyusun organ tersebut lebih tipis dan kurang efisien dibandingkan orang dewasa, sehingga gelombang peristaltik tidak dapat diprediksikan. Lipatan dan dinding usus belum berkembang sempurna sehingga sel epitel yang melapisi usus bayi baru lahir tidak berganti dengan cepat sehingga meningkatkan absopsi yang paling efektif. Selama awal masa bayi, bayi lahir menghadapi tugas penting ”penutupan usus,” proses yang membuat permukaan epitel usus menjadi tidak permeabel terhadap antigen. Sebelum penutupan usus, bayi rentan terhadap infeksi bakteri / virus dan juga terhadap stimulasi alergen melalui absorpsi molekul-molekul besar oleh usus. Semua makanan enteral, bahkan dalam jumlah kecil sekalipun, menyebabkan lonjakan faktor trofik saluran cerna yang bermanfaat, terutama hormon – hormon yang menyebabkan maturasi penuh fungsi saluran cerna. Pemberian ASI, terutama mempercepat penutupan usus karena menghasilkan sejumlah besar IgA sekretori dan menstimulasi proliferasi enzim usus (Varney Jilid I, 2007).
Pemberian MP-ASI pada bayi usia > 6 bulan dapat mengurangi dampak buruk pada bayi, seperti  diare, muntah, obstipasi (Yarni, 2005). Peningkatan kesadaran dan pengetahuan kepada orang tua bayi tentang penggunaan MP-ASI sebaiknya  ditingkatkan untuk menghindari pemberian MP-ASI secara dini yang dapat berdampak buruk pada bayi.
Berdasarkan rumusan masalah yang diangkat, penulis ingin mengetahui bagaimana hubungan antara pemberian MP ASI secara dini dengan kejadian Obstipasi pada bayi 0-6 bulan. Karena seperti yang sudah dibahas bahwa tidak semua bayi 0-6 bulan yang diberi MP ASI mengalami obstipasi, bahkan bayi yang diberikan Asi Eksklusif juga bisa mengalami Obstipasi, sehingga perlu penelitian dan pembahasan lebih lanjut.
D.    Statistik Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian ini akan diuraikan menjadi dua yaitu hasil analisis univariat berupa distribusi frekuensi dari masing-masing variabel penelitian dan hasil analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
  1. Hasil Analisis Univariat
a.      Distribusi Frekuensi Responden Menurut pemberian MP-ASI secara dini
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pemberian MP-ASI secara dini, selanjutnya disajikan pada tabel 5.1 dibawah ini.
Tabel 5.1
DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN MENURUT PEMBERIAN       MP ASI SECARA DINI DI DESA PANDANSARI KECAMATAN KEJOBONG KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2014
No
Pemberian MP ASI  secara dini
Jumlah
Presentase (%)
1
MP ASI dini
14
46,7
2
Tidak MP ASI dini
16
53,3

Jumlah
30
100
Berdasarkan table diatas dapat dilihat bahwa dari 30 responden sebanyak 14 responden yang memberikan MP ASI secara dini atau sebesar 46,7%, sedangkan sebanyak 16 responden yang tidak memberikan MP ASI secara dini atau sebanyak 53,3%.
  
Grafik 5.1
Grafik berdasarkan Pemberian MP ASI secara dini
b.      Distribusi Frekuensi Responden Menurut kejadian obstipasi pada bayi usia 0-6 bulan

Berdasarkan distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian obstipasi pada bayi usia 0-6 bulan, disajikan pada tabel 5.2 dibawah ini.
Tabel 5.2
DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN MENURUT KEJADIAN OBSTIPASI PADA BAYI 0-6 BULAN DI DESA PANDANSARI KECAMATAN KEJOBONG KABUPATEN PURBALINGGA           TAHUN 2014
No
Kejadian Obstipasi pada bayi 0-6 bulan
Jumlah
Presentase (%)
1
Obstipasi
17
56,7
2
Tidak Obstipasi
13
43,3

Jumlah
30
100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 30 responden terdapat sebanyak 17 responden yang mengalami kejadian obstipasi pada bayi 0-6 bulan atau sebesar 56,7%. Dan sebanyak 13 responden yang tidak mengalami kejadian obstipasi pada bayi 0-6 bulan atau sebesar 43,3%.
Grafik 5.2
Grafik berdasarkan kejadian Obstipasi pada bayi m0-6 bulan
  1. Hasil Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui kemaknaan hubungan secara statistik antara pemberian MP-ASI secara dini dengan kejadian obstipasi pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Pandansari Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga Tahun 2014. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji statistic Chi-Square pada computer dengan program SPSS Versi 17 adapun hasilnya adalah sebagai berikut :
Hasil hubungan antara pemberian MP-ASI secara dini dengan kejadian obstipasi pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Pandansari Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel 5.5
HUBUNGAN PEMBERIAN MP ASI SECARA DINI DENGAN KEJADIAN OBSTIPASI PADA BAYI 0-6 BULAN DI DESA PANDANSARI KECAMATAN KEJOBONG KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2014
No
Pemberian
MP ASI secara dini
Kejadian Obstipasi pada bayi    0-6 bulan
Total
P Value
Obstipasi
%
Tidak Obstipasi
%
Jumlah
%
0,000
1
MP ASI dini
14
46,7
0
0
14
46,7
2
Tidak MP ASI dini
3
10
13
43,3
16
53,3
Total
17
56,7
13
43,3
30
100


Grafik 5.3
Grafik hubungan pemberian MP ASI secara dini dengan
kejadian Obstipasi pada bayi 0-6 bulan
Berdasarkan tabel diatas bahwa analisis hubungan antara pemberian MP-ASI secara dini dengan kejadian obstipasi pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Pandansari Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 diperoleh bahwa berdasarkan Pemberian MP ASI secara dini, responden yang mengalami kejadian Obstipasi sebanyak 14 respoden, sedangkan sebanyak 0 respoden tidak yang mengalami kejadian obstipasi pada bayi 0-6 bulan.
Sedangkan  untuk responden yang tidak melakukan Pemberian MP ASI secara dini terdapat sebanyak 3 responden mengalami kejadian obstipasi pada bayi 0-6 bulan dan terdapat sebanyak 13 respoden yang tidak mengalami kejadian obstipasi pada bayi 0-6 bulan.
Jika dilihat dari jumlah total responden baik yang melakukan Pemberian MP ASI secara dini  maupun yang tidak melakukan Pemberian MP ASI secara dini  didapatkan 17 respoden mengalami kejadian obstipasi pada bayi 0-6 bulan, dan 13 responden tidak mengalami kejadian obstipasi pada bayi 0-6 bulan.
Dengan menggunakan uji Chi Square, P value yang diperoleh adalah 0,000. Nilai tersebut menunjukkan hasil dari rumus chi square (chi-kuadrat). Dan berdasarkan perhitungan chi square juga didapatkan nilai hitung chi square (χ²) adalah 27,750. hasil ini untuk membuktikan hipotesis yang kita buat.
Ketentuan kesimpulannya adalah :
Jika χ² hitung < χ² table (df 2), maka Ho : diterima
Jika χ² hitung > χ² table (df 2), maka Ha : diterima
Hipotesis :
Ho : tidak Ada Hubungan Antara Pemberian MP-ASI secara dini Dengan Kejadian obstipasi pada bayi usia 0-6 bulan Di Desa Pandansari Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga Tahun 2014.
Ha : Ada Hubungan Antara Pemberian MP-ASI secara dini Dengan Kejadian obstipasi pada bayi usia 0-6 bulan Di Desa Pandansari Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga Tahun 2014.
Analisis juga dapat dilihat dari Asymtop Signifikansinya (Asymp. Sig) atau Nilai Probabilitas (P-Valaue). jika Asymp.Sig dibawah atau sama dengan 0,05 maka Ha diterima sedangkan bila diatas 0,05  maka Ho diterima. Bila kita lihat pada hasil analisis SPSS, Nilai hitung chi square adalah 27,750. sedangkan Asymp.Sig (2 sided) atau Nilai Probabilitas (P-Valaue) diketahui sebesar 0,000. maka kesimpulannya adalah hipotesis nol ditolak (Ho ditolak). Dengan demikian disimpulkan bahwa Ada Hubungan Antara Pemberian MP-ASI secara dini Dengan Kejadian obstipasi pada bayi usia 0-6 bulan Di Desa Pandansari Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga Tahun 2014.
E.     Pembahasan
Berikut ini akan dibahas tentang hubungan pemberian MP-ASI dini dengan kejadian obstipasi pada bayi usia 0-6 bulan  di Desa Pandansari Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga Tahun 2014.
  1. Pemberian MP-ASI Secara Dini
Hasil penelitian  menunjukkan bahwa 46,7 % (14 bayi) masih diberi MP-ASI sebelum bayi berusia 6 bulan. Sedangkan yang tidak memberikan MP ASI secara dini sebanyak 16 bayi (53,3%).
Hasil ini menunjukkan bahwa di Desa Pandansari Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 di sejumlah responden masih ada yang memberikan makanan pendamping ASI lebih dini, ini dikarenakan rendahnya pengetahuan, pendidikan masyarakat serta masih banyak para orang tua yang memberikan makanan pendamping ASI tidak pada Saat yang tepat, harusnya Makanan Pendamping ASI (MP ASI) mulai diberikan kepada bayi setelah berusia 6 bulan, seperti bubur susu dan bubur tim yang dilumat dan diberikan secara bertahap sesuai umur
Sudah seharusnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI) ditingkatkan, baik melalui serangkaian kegiatan kemasyarakatan ataupun penyuluhan.
Bayi mulai memproduksi kekebalan pasif organ pencernaan dan mampu menerima makanan selain ASI pada saat bayi sudah berumur 6 bulan. Usus saluran pencernaan telah memproduksi anti bodi sekretori Imunoglobulin-A yang melapisi pencernaan sehingga bayi terhindar dari gangguan pencernaan, seperti obstipasi ( Salma, 2007.http: // salma.coklat tsabita.com)
Resiko yang akan dihadapi orang tua ketika memeberikan MP-ASI tidak pada saat yang tepat atau Pemberian MP-ASI yang terlalu dini, akan terjadi  beberapa akibat yaitu kenaikan berat badan bayi yang terlalu cepat sehingga menjurus ke obesitas, alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan tersebut, sulit BAB / Obstipasi, mendapat zat-zat tambahan seperti garam dan nitrat yang dapat merugikan, mungkin saja dalam makanan padat yang dipasarkan terdapat zat pewarna/pengawet yang tidak diinginkan, kemugkinan pencemaran dalam menyediakan atau menyimpannya.
  1. Kejadian Obstipasi pada bayi 0-6 bulan
Kejadian  obstipasi  lebih  banyak  dialami  oleh  bayi  yang  mendapatkan MP-ASI dini  yaitu 14 bayi dari 14 bayi, sedangkan yang tidak diberi MP-ASI dini hanya 3 dari 13 bayi. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian MP-ASI secara dini sangat berpengaruh pada kesehatan bayi terutama gangguan pencernaan seperti obstipasi.
Pemberian ASI dapat mempercepat penutupan usus karena menghasilkan banyak anti bodi sekretori Imunoglobulin-A dan merangsang proliferasi enzim usus (Varney, 2007). Bayi yang tidak diberi ASI atau diberi susu formula yang tidak memadai, umumnya  BAB ≥ 36-48 jam, dan salah satu  tanda obstipasi  pada bayi biasanya pengeluaran feses yang keras dalam jangka waktu tiap 3-5 hari dan perut teraba penuh (Necel, 2007 http: symposia, biang obstipasi.com).
Hasil ini menunjukkan bahwa di Desa Pandansari Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 di sejumlah responden mengetahui pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada Saat yang tepat sehingga untuk Kejadian obstipasi pada bayi usia 0-6 bulan dapat dilakukan dengan baik. Pada dasarnya Pemberian makanan pada bayi merupakan upaya pengenalan bertahap, mulai dari makanan murni cair (ASI), makanan lunak (bubur susu), kemudian makanan lembek (tim saring), agak kasar, hingga makanan padat (makanan orang dewasa) pada usia di atas 12 bulan. Pemberian yang terlalu dini akan mengganggu penyerapan zat gizi, sebaliknya pengenalan yang terlambat akan meningkatkan resiko kesulitan makan pada anak di fase berikutnya. Informasi mengenai waktu pengenalan makanan yang dianjurkan tidak hanya dari tenaga kesehatan tapi dapat juga diperoleh dari internet, majalah dan buku mengenai pemberian makanan pada anak serta informasi yang tercantum pada KMS.
  1. Hubungan Pemberian MP ASI secara dini dengan kejadian Obstipasi pada bayi 0-6 bulan
Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 14 responden yang memberikan MP ASI secara dini semua mengalami kejadian Obstipasi pada bayinya yang berusia 0-6 bulan, sedangkan dari 16 responden yang tidak memberikan MP ASI secara dini 3 responden mengalami kejadian obstipasi pada bayinya yang berusia 0-6 bulan.
Analisis Hubungan Antara Pemberian MP-ASI secara dini Dengan Kejadian obstipasi pada bayi usia 0-6 bulan Di Desa Pandansari Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 dapat juga dilakukan dengan uji statistik, dan berdasarkan hasil uji statistik korelasi, diketahui bahwa nilai signifikansi (p-value) untuk uji chi-square adalah 0,000. kalau dibandingkan, maka nilainya akan lebih kecil dari  0,05. Hal ini menunjukkan bahwa adanya Hubungan Antara Pemberian MP-ASI secara dini Dengan Kejadian obstipasi pada bayi usia 0-6 bulan Di Desa Pandansari Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga Tahun 2014.
Dari hasil analisis juga didapatkan nilai r hitung sebesar 0,818, nilai ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pemberian MP-ASI secara dini dengan kejadian obstipasi pada bayi 0-6 bulan di Desa Pandansari Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga Tahun 2014, karena berdasarkan asumsi Sugiyono (2008) nilai tersebut berada pada rentang antara 0,800 – 1,00 yang artinya Korelasi yang sangat kuat. Berdasarkan pengujian korelasi tersebut pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi adalah sebagai berikut:

Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
0,20 – 0,399
0,40 – 0,599
0,60 – 0,799
0,80 – 1,00
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian orang lain yang mengatakan bahwa  kasus obstipasi dikatakan tinggi karena gangguan pencernaan lebih banyak obstipasi daripada diare. Kasus yang menggambarkan kejadian obstipasi pada bayi yang diberi MP-ASI dini telah diteliti oleh Sri Marjiyati (2010)  di Desa Nabang baru kecamatan Marga Tiga Kabupaten Lampung timur, bahwa pemberian MP-ASI dini mempunyai korelasi yang kuat   (r = 0,799)  terhadap gangguan saluran pencernaan  yaitu obstipasi (65,95 %), diare (30,08 %), dan muntah (23,40 %). Pernyataan dr. Ariani Tahun 2005 mengatakan bahwa  pemberian MP-ASI terlalu dini sebelum bayi berumur 6 bulan menurunkan konsumsi ASI dan gangguan pencernaan (diare)(http://parenting islami wordpress.com). Pernyataan lain menyatakan bahwa pemberian MP-ASI terlalu dini sering terjadi muntah/gumoh, kembung, sering BAB > 3 x  / hari atau tidak BAB tiap > 3 hari (obstipasi) (http://www.parenting.co.id).
Dengan demikian Pemberian MP-ASI setelah bayi berumur 6 bulan memberikan perlindungan besar dari berbagai penyakit. Hal ini disebabkan sistem imun bayi < 6 bulan belum sempurna. Pemberian MP-ASI dini sama saja dengan membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis kuman. Belum lagi jika tidak disajikan secara hygienis. Bayi yang mendapat MP-ASI sebelum berumur 6 bulan lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas dibandingkan bayi yang hanya mendapatkan ASI eksklusif. Saat bayi berumur 6 bulan ke atas, sistem pencernaannya sudah relatif sempurna dan siap menerima MP-ASI. Beberapa enzim pemecah protein seperti asam lambung, pepsin, lipase, enzim amilase, dan sebagainya baru akan diproduksi sempurna pada saat bayi berumur 6 bulan. Menunda pemberian MP-ASI hingga 6 bulan melindungi bayi dari obesitas di kemudian hari.
Usus bayi baru lahir relatif tidak matur. Sistem otot yang menyusun organ tersebut lebih tipis dan kurang efisien dibandingkan orang dewasa, sehingga gelombang peristaltik tidak dapat diprediksikan. Lipatan dan dinding usus belum berkembang sempurna sehingga sel epitel yang melapisi usus bayi baru lahir tidak berganti dengan cepat sehingga meningkatkan absopsi yang paling efektif. Selama awal masa bayi, bayi lahir menghadapi tugas penting ”penutupan usus,” proses yang membuat permukaan epitel usus menjadi tidak permeabel terhadap antigen. Sebelum penutupan usus, bayi rentan terhadap infeksi bakteri / virus dan juga terhadap stimulasi alergen melalui absorpsi molekul-molekul besar oleh usus. Semua makanan enteral, bahkan dalam jumlah kecil sekalipun, menyebabkan lonjakan faktor trofik saluran cerna yang bermanfaat, terutama hormon – hormon yang menyebabkan maturasi penuh fungsi saluran cerna. Pemberian ASI, terutama mempercepat penutupan usus karena menghasilkan sejumlah besar IgA sekretori dan menstimulasi proliferasi enzim usus (Varney Jilid I, 2007).
Pemberian MP-ASI pada bayi usia > 6 bulan dapat mengurangi dampak buruk pada bayi, seperti  diare, muntah, obstipasi (Yarni, 2005). Peningkatan kesadaran dan pengetahuan kepada orang tua bayi tentang penggunaan MP-ASI sebaiknya  ditingkatkan untuk menghindari pemberian MP-ASI secara dini yang dapat berdampak buruk pada bayi.
Diharapkan di masa yang akan datang masyarakat akan lebih memahami betapa pentingnya ASI Eksklusif bagi bayi 0-6 bulan, dan tidak ada lagi yang memberikan Makanan Pendamping Asi ( MP ASI ) secara dini, karena bukan keuntungan justru kerugian yang didapat. Untuk itu penulis sebagai Bidan Desa di tempat penelitian ini akan selalu berusaha semaksimal mungkin untuk membantu masyarakat dalam menerima informasi tentang kesehatan terutama ASI Eksklusif, MP ASI dan efek yang terjadi bila bayi 0-6 bulan diberikan MP ASI.
Usaha tersebut bisa dilakukan melalui kegiatan penyuluhan secara bertahap pada kegiatan posyandu balita, seperti dibawah ini :
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
1)      Sarana kesehatan yang ada di Desa Pandansari adalah 1 Poliklinik Kesehatan Desa (PKD),  4 posyandu. Adapun tenaga kesehatan yaitu bidan desa 1 orang. Jumlah  kader masing – masing posyandu 5 orang. Pelaksanaan kegiatan di posyandu yaitu :  Posyandu Sari Asih di dusun I, Sari Murti di dusun II-III, Pandan Arum di dusun IV, dan Pandan wangi di dusun V, yang dilaksanakan  setiap tanggal 12, 13, 14, 15.

2)      Kegiatan promosi kesehatan yang ada di Desa Pandansari Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga adalah :
a)      Pembinaan Posyandu yaitu penyuluhan gizi, KIA (Kesehatah Ibu dan Anak), Gizi,  KB (Keluarga Berencana) setiap bulan

b)      Penyuluhan masyarakat yaitu penyuluhan  PHBS (Pola Hidup Bersih dan sehat), Kesling (Kesehatan Lingkungan), P2M (Pemberantasan Penyakit Menular) setiap triwulan.
Oleh: Sri Purwindriyati

Popular posts from this blog

Biografi Lengkap Prof. Dr. H. Cecep Sumarna

Soal UAS Mata Kuliah Filsafat Pendidikan STKIPM Kuningan

Paradigma Terbalik