Skripsi Hubungan antara Pemberian MP-ASI Secara Dini dengan Kejadian Obstipasi pada Bayi 0-6 Bulan


Hubungan antara Pemberian MP-ASI Secara Dini dengan Kejadian Obstipasi pada Bayi 0-6 Bulan
Hubungan antara Pemberian MP-ASI Secara Dini dengan Kejadian Obstipasi pada Bayi 0-6 Bulan
     A.    Latar Belakang
Gerbang utama untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas adalah Air Susu Ibu (ASI) eksklusif. Dampak pemberian ASI membuat bayi jauh lebih sehat, kekebalan yang tinggi, kecerdasan emosional dan spiritual lebih baik. IQ-pun bisa lebih tinggi di bandingkan dengan anak-anak yang ketika bayi tidak di beri ASI eksklusif (Markum, 2006). Selain itu ASI memiliki kaya gizi, bahkan melindungi bayi dari kematian dan kesakitan. Bayi yang di beri ASI eksklusif kemungkinan menderita diare dan infeksi pernapasan hanya seperempat dari seluruh kejadian yang di derita bayi yang tidak di beri ASI (WHO, 2004). yang tertarik dengan dokumen karya ini silahkan download Disini

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan bernutrisi tinggi yang sangat penting untuk bayi karena mengandung zat kekebalan yang tidak dimiliki oleh satupun makanan pendamping ASI. Makanan pendamping ASI boleh diberikan setelah bayi berusia 6 bulan. Pemberian ASI tanpa makanan pendamping sampai bayi berusia 6 bulan dan ASI diberikan sedini mungkin setelah persalinan dan tidak diberikan makanan tambahan apapun walaupun hanya air putih disebut ASI eksklusif (Purwanti, 2004:3).  

1
 
Pentingnya ASI ( UNICEF)  yang menyatakan bahwa pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dapat menekan angka kematian hingga 13 % dan juga diartikan mampu menyelamatkan 30.000 bayi dari kematian per tahun di Indonesia dan 10 juta kematian bayi di dunia (Sugiantoro, 2003 http //kakak.org/home). Kejadian obstipasi yang terjadi pada bayi dapat berdampak pada saluran pencernaan  yaitu dapat terjadi obstruksi usus. Pada  kasus lain bayi dapat menderita kekurangan zat gizi (malnutrisi) disebabkan karena berkurangnya fungsi usus terhadap absorbsi gizi. Pada beberapa kasus yang ekstrim perlu dilakukan operasi pembedahan untuk mengatasi obstruksi usus (Sri Marjiyati, 2010:2).
Pentingnya ASI juga dijelaskan dalam Al-Qur’an, “ dan Kami telah memerintahkan manusia (agar berbuat baik) terhadap orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu” (Al Qur’an, 31:14). Oleh karena itu tidak ada alasan untuk tidak menyusui bayi nya. Susu ibu merupakan  cairan ciptaan Allah yang tiada tandingannya untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya terhadap infeksi. Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang baru lahir. Pada saat yang sama, ASI juga sangat kaya akan nutrisi yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf. Makanan bayi yang terbuat dengan teknologi tidak dapat menggantikan keajaiban cairan ciptaan-Nya ini.
Memberikan makanan pendamping ASI terlalu dini  atau bayi tidak diberi ASI eksklusif selama 6 bulan dapat menurunkan imunitas dan mengganggu pencernaan bayi (dikutip dari http //salma.coklat-tsabita.com pada penelitian Sri Marjiyati,2010:1 ). Gangguan pencernaan yang terjadi  pada bayi yang diberikan MP ASI secara dini diakibatkan karena bayi belum mampu mencerna makanan selain ASI. Sebaiknya bayi diberikan MP ASI setelah berumur 6 bulan, karena bayi mulai memproduksi kekebalan pasif organ pencernaan dan mampu menerima makanan selain ASI setelah berumur 6 bulan.
Diagnosis obstipasi pada bayi  ditandai dengan pengeluran feses yang keras dalam jangka waktu tiap 3-5 hari dan biasanya perut teraba penuh (Necel, 2007 http: simposia,biang obstipasi.com). Suatu media cetak pernah melaporkan tentang kasus obstipasi pada bayi di poliklinik RSCM  yang disebabkan karena pemberian MP-ASI secara dini yaitu 6 % dari 3260 bayi yang berkunjung atau tercatat 195 kasus mengalami sukar buang air besar lebih dari 3 hari (obstipasi) (dikutip dari Majalah Farmacia edisi Juni 2008,pada penelitian Sri Marjiyati, 2010:3). Kasus tersebut menggambarkan bahwa banyak kejadian obstipasi  pada bayi yang diberikan MP-ASI dini. Keadaan ini didukung oleh hasil penelitian  yang dilakukan Kurniawati (2004) di Desa Pontang Kecamatan Ambulu Jember bahwa pemberian makanan pendamping ASI secara dini pada bayi 0-4 bulan mempunyai korelasi yang kuat terhadap gangguan saluran pencernaa (r = 0,799).
 Kejadian  adanya keluhan bayi mengalami obstipasi terjadi di  Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga yaitu di Desa Pandansari, yang mana Desa Pandansari berdasarkan profil Puskesmas Kejobong pada tahun 2013, pencapaian  ASI eksklusif masih rendah dibanding dengan desa lain yaitu hanya 19 %,  sedangkan Desa Pangempon 24,43 %, Desa Nangkasawit 19,87 %, Desa Langgar 40,93 %, Desa Krenceng 24,40 % (Laporan Kesga Puskesmas Kejobong, 2013). Di Kecamatan Kejobong hanya 170 bayi yang diberi ASI eksklusif dari 899 bayi (18,9 %). Hal ini menunjukkan banyaknya bayi yang diberi MP-ASI dini di Kecamatan Kejobong.
Berdasarkan pengalaman penulis sebagai Bidan Desa di desa Pandansari selama 7 tahun, memang banyak ditemukan bayi 0-6 bulan tidak diberi Asi Eksklusif bahkan usia 1 minggu sudah diberi pisang. Sehingga banyak ditemui bayi 0-6 bulan yang mengalami obstipasi. Penulis sudah berusaha melakukan berbagai cara agar cakupan Asi Eksklusif tercapai, yaitu dengan memberikan penyuluhan di Posyandu, kelas Ibu hamil, sosialisasi manajemen pemberian Asi Eksklusif pada ibu bekerja. Namun karena banyak faktor yang membuat ibu-ibu memberikan MP ASI secara dini pada bayinya, sehingga sampai penulis melakukan penelitian ini cakupan Asi Eksklusif masih rendah, dan masih banyak ibu-ibu yang memberikan MP ASI secara dini pada bayinya yang berusia 0-6 bulan. Sehingga memotivasi penulis untuk meneliti masalah ini.
Hasil laporan bayi sakit di Puskesmas Kejobong, dari laporan bidan desa kejadian obstipasi terbanyak terjadi  di Desa Pandansari yaitu sebanyak 30 kasus, sedangkan di Desa Pangempon 17 kasus, Desa Nangkasawit  15 kasus, dan di Desa Langgar  21 kasus  dari jumlah 432 bayi di Puskesmas Kejobong (Laporan MTBS Puskesmas Kejobong, 2013). Kondisi tersebut diperkuat melalui pra survei (pada kegiatan Kelas Ibu Hamil dan Balita, Oktober 2013) di Desa Pandansari  pada 12 responden yaitu ibu-ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan hanya 2 responden yang melaksanakan ASI eksklusif, 8 dari 10 responden  ada 75% menyatakan  tidak memberi ASI eksklusif, bayinya pernah mengalami obstipasi selama 3-5 hari. Berdasarkan pra-survei tersebut peneliti ingin mengetahui apakah kejadian tersebut ada hubungannya dengan pemberian makanan pendamping ASI secara dini.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, ”bagaimana hubungan antara pemberian MP-ASI secara dini dengan kejadian obstipasi pada bayi 0-6 bulan di Desa Pandansari Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga tahun 2014?

C.    Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara pemberian MP-ASI secara dini dengan kejadian obstipasi pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Pandansari Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga Tahun 2014.
2.      Tujuan Khusus
a.       Mengetahui bayi usia 0-6 bulan yang diberi MP-ASI di Desa Pandansari Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga Tahun 2014.
b.      Mengetahui  bayi usia 0-6 bulan yang mengalami obstipasi di Desa Pandansari Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga Tahun 2014.
c.       Mengetahui bagaimana hubungan pemberian MP-ASI secara dini dengan kejadian obstipasi pada bayi usia 0-6 bulan di desa Pandasari Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga Tahun 2014.

D.    Manfaat Penelitian
1.      Manfaat teoretis
Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan kajian untuk pengembangan konsep-konsep pendidikan kebidanan klinik terutama mengenai konsep peningkatan pengetahuan ibu terkait pentingnya pemberian air susu ibu secara ekslusif.
2.      Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
a.       Bagi Profesi kebidanan
Menerapkan ilmu metodologi penelitian dan melatih penelitian, sehingga hasil penelitian dapat digunakan sebagai data dasar untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan pemberian MP ASI.
b.      Bagi Masyarakat
Mendapatkan  informasi tentang dampak pemberian MP-ASI dini pada bayi kurang dari 6 bulan.

c.       Bagi Pendidikan
Dapat menjadi masukan bagi perencanaan program dan meningkatkan kualitas pendidikan
d.      Bagi Peneliti

Dapat memberikan pengalaman dan meningkatkan pengetahuan penelitian dalam menganalisa kasus khususnya pemberian MP ASI secara dini pada bayi 0-6 bulan untuk kepentingan pengembangan profesi kebidanan dan peningkatan karir peneliti.

Popular posts from this blog

Biografi Lengkap Prof. Dr. H. Cecep Sumarna

Soal UAS Mata Kuliah Filsafat Pendidikan STKIPM Kuningan

Paradigma Terbalik