Bekerja dengan Panggilan Jiwa, Jiwa untuk Melayani
Bekerja dengan Panggilan Jiwa, Jiwa untuk Melayani
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat; sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang kholifah dimuka bumi, Mereka Menjawab: 'Mengapa Engkau hendak menjadikan kholifah di bumi itu makhluk yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?. lalu Allah berfirman kembali; "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui"
"Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu Allah berfirman:
'Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang
benar". "Mereka menjawab; 'Maha suci Allah, tidak ada yang kami
ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana'."
"Kemudian Allah berfirman: 'Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka
nama-nama benda ini' Maka setelah diberitahukannya kepada mereka benda-benda
itu, Allah SWT., berfirman; 'Bukankah sudah Ku katakana kepadamu, bahwa sesungguhnya
Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan
dan apa yang kamu sembunyikan".
Petikan Dialog di atas sering kita kisahkan, kita ceritakan di mimbar-mimbar ummat, didunia pendidikan yang memiliki literasi pendidikan Agama Islam, bahkan di forum rapat rapat evaluasi kerja bulanan dan tahunan untuk mendongkrak motivasi kerja karyawan yang memiliki kecenderungan lemah dari sisi etos, minim kreatifitas, lemah dari sisi inovasi.
terdapat banyak ahli yang memberikan pandangan tentang motivasi hidup, tetapi tidak sedikit pula orang yang gagal dalam meraih kebahagiaan hidup. Saya teringat dengan Tutor saya yang saya jumpai dalam Training coaching with EQ di lembaga International for leadership and life management (ILM) pada tahun 2006 yaitu Mas Arvan Pradiansah. mengapa orang sering gagal menggapai kebahagiaan hidup? di menjawab karena landasan dan orientasi kehidupan yang dia jalani dalam pekerjaan tidak sesuai dengan Fitrah-Nya.
Terdapat Kuadran Berpikir orang pada saat mencari dan menjalankan Pekerjaan yang diduga menjadi faktor penyebab kegagalan tidak bahagia dan tidak sukses dalam hidup. Ketika ditanya kenapa bekerja dan apa motivasi kerja anda? kebanyakan orang menjawab karena butuh uang, dan dengan uang mereka dapat meraih segalanya. Jawaban itu memang sederhana tetapi mengandung konsekuensi yang luar biasa dalam implementasi kehidupan, seperti prinsip ekonomi waktu adalah uang, konsekwensinya malam jadi siang dan hampir 24 jam waktu digunakan untuk memperoleh uang, bahkan ada istilah orang tua "kaki jadi kepala, kepala jadi kaki" saking perlunya meraup banyak uang, konsekwensi lain dari prinsip ini adalah berapa banyak waktu yang diluangkan untuk bersama Orang Tua, Anak, Isteri kita atau sanak saudara dan bahkan tetangga dan rekan kerja yang terabaikan dari sisi waktu dan pemikiran serta perhatian kita karena mereka dianggap tidak memiliki irisan langsung yang dianggap akan menghadirkan uang bahkan dianggap sebaliknya, mereka hanya akan membuang dan menghamburkan uang hasil jerih payahnya.
Adakah alternatif kuadran lain yang bisa kita gunakan agar memperoleh kebahagiaan hidup dan sukses dalam kehidupan? Mas Arvan Pradiansah menjawab ada. Yaitu Kuadran Hidup dengan prinsip kerja untuk Melayani. konsekwensi ini akan menempatkan setiap orang dalam posisi yang harus dilayani dengan baik karena mereka memiliki derajat yang sama dalam kehidupan, inilah mungkin salah satu yang dimaksud fitrah manusia sebagai Pelayan, andai kata semua orang menjadikan prinsip bekerja untuk melayani, maka mereka akan mengerjakan setiap pekerjaannya dengan penuh jiwa, totalitas akan melahirkan kreatifitas tanpa batas, ber-rotasi dalam inovasi untuk memberikan yang terbaik pada setiap costumernya, apa bila hal ini dapat kita jalankan dalam pekerjaan kita maka konsekwensinya kita akan meraup banyak keuntungan dalam bentuk uang, atau bentuk bentuk lain yang mampu menopang kebutuhan hidup kita dengan cara cara yang kadang tidak terduga bahkan tidak terjangkau oleh pikiran biasa. (Arip Amin)